Sekitar 300 wanita usia remaja hingga paruh baya, Sabtu petang 14/9/19 memadati halaman gedung Marba di Kota Lama Semarang. Mereka bukan hanya warga kota Semarang tetapi juga ada yang datang dari Ambarawa dan Salatiga. Mereka pun berasal dari berbagai kalangan, mulai pelajar SLTA, ibu rumah tangga hingga wanita karir. Semuanya berbusana kebaya dan membawa kain jarik. Ya, mereka adalah peserta tutorial dan lomba mengenakan jarik.
Dipandu ibu Tia dan ibu Maya, kaum hawa ini antusias mengikuti tutorial tiga ragam cara berjarik, Lilit Serut Samping, Serut Depan dan Lilit Depan. Dalam berjarik tidak diperbolehkan untuk menggunakan peniti atau rafia, semua murni harus dari lilitan berjarik masing-masing.
Usai tutorial, tanpa aba-aba pemandu langsung diadakan lomba berjarik. Pemenangnya adalah mereka yang mampu mengenakan kain jarik dengan cepat dan rapih. Tampil sebagai juara pertama Andini dari SMK 6 Semarang, juara ke-2 Rismajuga dari SMK 6 Semarang, dan Juara 3 NH Herdah dari Surakarta.
Komunitas Diajeng Semarang yang juga pendukung utama acara ini menyambut gembiraan atusias generasi milenial yang banyak menjadi peserta. Hal ini menunjukan berjarik sebagai warisan budaya bangsa tetap diminati dan bertahan ditengah gempuran budaya busana popular..
“Kan jarik bagian dari budaya kita, kenapa harus malu memakainya, sebagai generasi penerus bangsa kita harus bangga mengenakan jarik”tegas salah seorang peserta generasi milenial.
Acara berjarik yang hanya diadakan satu kali ini, ditutup dengan keseruan flash mob wanita berjarik.