Festival Kota Lama Semarang 2019, Kamis malam dimulai. Mengusung tema Indische Parade, FKL akan berlangsung dari tanggal 12 hingga 22 September 2019. Soft opening yang berlangsung di gedung Marabunta di jalan Cendrawasih ini,dihadiri oleh Camat Semarang Utara, Budi Santoso, yang mewakili Wakil Walikota Semarang yang berhalangan hadir.
Acara ditandai dengan pagelaran wayang kulits emalam suntuk dari pukul delapan malam hingga pukul empat subuh. Dalang Ki Bremara Sekar Wangsa membawakan kisah Rama Tambak dalam pagelarannya kali ini. Lakon Rama Tambak mengisahkan kerinduan Rama Wijaya akan istrinya. Dewi Sinta yang diculik Raja Dasamuka ke Negeri Alengka. Rama ingin merebut kembali istrinya dari genggaman Raja Dasamuka Hindia dengan membangun jembatan atau bendungan (tambak)menyeberangiSamjudraHindiamenujuAlengka. Namun demikian pasukan Raja Dasamuka selalu menggagalkan usaha Rama. Upaya Rama baru berhasil setelah dibantu Anoman dan pasukan keranya.
Pagelaran wayang kulit ini juga dimeriahkan oleh penampilan lima sinden dari sekolah Karawitan ISI Suarakarta dan mahasiswi Undip serta gamelan ISI Surakarta. Sementara sebelum dalang masuk singgasana perwayangan, anak-anak Sanggar Mardayu Tlogosari Semarang tampil memukau membawakan lagu mocopat, nembang jawa, dan nembang dolanan.
Sekitar 250an orang menonton pagelaran wayang kulit tersebut. Merekabukanhanya berasal dari Semarang, namun ada juga yang dari Surabaya, Surakarta serta turis Spanyol danJerman yang sedangber wisata ke Semarang.
Di tengah langkanya pertunjukan wayang kulit, pagelaran wayang kulit semalam suntuk di pembukaan Festival Kota Lama 2019, seakan mengobati kerinduan sebagian penonton yang di masakanak-kanaknya akrab dengan seni pertunjukan dari Jawa ini. Belakangan seni pertunjukan wayang semakin asing di kalangan anak-anak muda. Padahal, selain mengambi lfilosofi dan nilai positif pada cerita-cerita wayang, di tengan generasi mudalah pelestarian seni pertunjukan wayang dipercayakan.